20 April 2010

Gawat Darurat Endokrin

BAB I
PENDAHULUAN
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa pesan" dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah, kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin.

Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah.
Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh.
Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh.


untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam batas-batas yang tepat.
Kelainan metabolisme seringkali disebabkan oleh kelainan genetik yang mengakibatkan hilangnya enzim tertentu yang diperlukan untuk merangsang suatu proses metabolisme
Pada keadaan tertentu bisa terjadi kondisi kelainan sistem endokrin yang membutuhkan penanganan segera atau gawat darurat, keadaan gawat darurat endokrin terjadi karena akibat lebih lanjut dari kelainan fungsi dari kelenjar endokrin.
Gawat darurat adalah suatu kondisi yang membutuhkan tindakan segera untuk menangggulangi ancaman terhadap jiwa atau anggota badan seseorang yang timbul secara tiba-tiba, keterlambatan penanganan dapat membahayakan klien, mengakibatkan terjadinya kecacatan atau mengancam kehidupan.
Gawat darurat endokrin adalah keadaan gawat darurat yang diakibatkan gangguan dari sistem endokrin, sehingga terjadi kondisi mengancam jiwa seseorang yang memerlukan pertolongan segera agar tidak terjadi kematian.
Keadaan gawat darurat endokrin bisa diakibatkan oleh karena terganggunya produksi horman baik kelebihan maupun kekurangan produksi hormon oleh suatu kelenjar endokrin. Kondisi gawat darurat sistem endokrin antara lain :
1. Miksedema / koma miksedema
2. Krisis Tirotosik (Tyroid storm)
3. Krisis Addison
4. Hipoglikemia.
Karena itu diperlukan suatu pengetahuan bagi perawat untuk dapat menilai dan mengambil suatu tindakan tertentu untuk dapat menyelamatkan jiwa.





BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Miksedema / Koma Miksedema
Definisi
Miksedema adalah keadaan lebih lanjut yang diakibatkan oleh karena kadar hormon tiroid dalam darah berkurang. Hormon tiroid dalam darah berkurang karena kurang aktifnya kelenjar tiroid dalam menghasilkan hormon tiroid atau hormon tiroid yang dihasilkan terlalu sedikit (Hipotiroidisme) pada orang dewasa.
Koma Miksedema adalah keadaan yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme.

Patofisiologi
Gangguan pada kelenjar tiroid menyebabkan penurunan produksi hormon tiroid, sehingga mengganggu proses metabolisme tubuh. Yang berakibat :
- Produksi ATP dan ADP menurun terjadi kelelahan (intoleransi aktifitas).
- Gangguan fungsi pernafasan, terjadi depresi ventilasi (hipoventiasi).
- Produksi kalor (panas) turun terjadi hipotermia.
- Gangguan fungsi gastroentestinal, terjadi peristaltik usus menurun sehingga absorbsi cairan meningkat terjadi konstipasi.
- Karena terjadi hipoventilasi suplai 02 ke jaringan berkurang demikian juga dengan otak sehingga terjadi perubahan pola kognitif terjadi perubahan proses pikir.

Etiologi
Banyak kasus koma miksidema dilatarbelakangi karena Hipotiroidisme berat, pembedahan kelenjar tiroid, atau karena pengaruh radioaktif yodium pada pengobatan gangguan tiroid.
Koma miksidema diakibatkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi Kelenjar Tiroid, maka kadar HormonTiroid (HT) yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar Tiroid Stimulating Hormon (TSH) dan Tiroid Releaxing Hormon (TRH) karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus.
Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT.
Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH. Penurunan Hormon Tiroid dalam darah menyebabkan laju metabolism basal turun, yang mempengaruhi semua sistem tubuh.
Beberapa faktor yang memicu terjadinya koma miksidema secara tiba-tiba terutama pada penderita hipotiroidisme, antara lain :
1. Obat-obatan (sedative, narkotika, dan obat anesthesi).
2. Faktor infeksi.
3. Stroke.
4. Trauma.
5. Gagal Jantung.
6. Perdarahan saluran pencernaan.
7. Hypotermia
8. Kegagalan pengobatan gangguan kelenjar tiroid.

Gambaran Klinis
1. Sistem neuromuskuler, terjadi kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang lambat dan canggung.
2. Sistem Kardiovaskuler, terjadi penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema), dan penurunan curah jantung.
3. Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki.
4. Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu
makan dan penyerapan zat gizi dari saluran cerna.
5. Sistem pencernaan terjadi konstipasi.
6. Sistem pernafasan, terjadi sesak nafas saat aktifitas, pembengkakan pada lidah dan apnea pada tidur yang diamati.
7. Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi siklus menstruasi menjadi tidak teratur bagi perempuan. Kesulitan dalam hamil dan wanita hamil mungkin keguguran.
8. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala, alis tumbuh tipis, rapuh dan mudah rontok.
9. Akibat lebih jauh karena hipotirodisme ini adalah keadaan yang disebut miksidema yang ditandai muka oedema terutama pada sekitar bibir, hidung dan kelopak mata, terjadi bradikardia, hypotermia tanpa menggigil, hypotensi, hypoventilasi dan penurunan kesadaran sampai koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberi hormon tiroid dan stabilisasi semua gejala.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar Hormon Tiroid (T3 dan T4), Tiroid Stimulating Hormon, dan Tiroid Releasing Hormon akan dapat mendiagnosis kondisi dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan:
- T4 serum rendah, TSH meningkat
- Respon dari TSH ke TRH meningkat
- Cholesterol meningkat
- Hiponatremia, konsentrasi pCO2 meningkat (Hipoksemia)
- Pemeriksaan rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung.
- Pemeriksaan EKG dan enzim-enzim jantung diperlukan untuk mengetahui adanya gangguan fungsi jantung.
Pemeriksaan fisik menunjukkan tertundanya pengenduran otot selama pemeriksaan refleks. Penderita tampak pucat, kulitnya kuning, pinggiran alis matanya rontok, rambut tipis dan rapuh, ekspresi wajahnya kasar, kuku rapuh, lengan dan tungkainya membengkak serta fungsi mentalnya berkurang. Tanda-tanda vital menunjukkan perlambatan denyut jantung,tekanan darah rendah dan suhu tubuh rendah.
Penatalaksanaan
Miksedema / Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma. Penatalaksanaan dilakukan untuk stabilisasi semua gejala dan mencegah terjadinya kematian. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedema), obat yang diberikan antara lain :
* 500 μg tiroksin i.v sesegera mungkin diikuti dengan
* 100 μg T4 setiap hari dan
* Hidrocortison 100 μg i.v tiap 8 jam

Pengkajian Keperawatan
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak mungkin informasi antara lain :
1. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
2. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti
a. Pola makan
b. Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
c. Pola aktivitas.
3. Tempt tinggal klien sekarang dan pada waktu balita.
4. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh :
a. Sistem pulmonari.
b. Sistem pencernaan.
c. Sistem kardiovaslkuler.
d. Sistem muskuloskeletal.
e. Sistem neurologik dan Emosi/psikologis.
f. Sistem reproduksi.
g. Metabolik.
5. Pemeriksaan fisik mencakup
a. Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat.
b. Nadi lambat dan suhu tubuh menurun.
c. Perbesaran jantung.
d. Disritmia dan hipotensi.
e. Parastesia dan reflek tendon menurun.
6. Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari.
Diagnosa dan Intervensi
1. Intoleran aktivitas berhubungan dengan. kelelahan dan penurunan proses kognitif.
Tujuan : Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian.
Intervensi
a. Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang
dapat ditolerir.
Rasional : Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan
istirahat yang adekuat.
b. Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
Rasional : Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas
perawatan mandiri.
c. Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.
Rasional : Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada pasien.
d. Pantau respons pasien terhadap peningkatan aktititas.
Rasional : Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang.
2. Perubahan suhu tubuh.
Tujuan : Pemeliharaan suhu tubuh yang normal.
Intervensi
a. Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut.
Rasional : Meminimalkan kehilangan panas.
b. Hndari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar (misalnya, bantal pemanas,
selimut listrik atau penghangat).
Rasional : Mengurangi risiko vasodilatasi perifer dan kolaps vaskuler.
c. Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar suhu
normal pasien.
Rasional : Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan dimulainya koma miksedema
d. Lindungi terhadap pajanan hawa. dingin dan hembusan angin.
Rasional : Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien dan menurunkan lebih lanjut
kehilangan panas.
3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
Tujuan : Pemulihan fungsi usus yang normal.
Intervensi
a. Dorong peningkatan asupan cairan.
Rasional : Meminimalkan kehilangan panas.
b. Berikan makanan yang kaya akan serat.
Rasional : Meningkatkan massa feses dan frekuensi buang air besar.
c. Ajarkan kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air
Rasional : Untuk peningkatan asupan cairan kepada pasien agar . feses tidak keras
d. Pantau fungsi usus.
Rasional : Memungkinkan deteksi konstipasi dan pemulihan kepada pola defekasi
yang normal.
e. Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.
Rasional : Meningkatkan evakuasi feses.
f. Kolaborasi : untuk pemberian obat pecahar dan enema bila diperlukan
Rasional : Untuk mengencerkan fees.
4. Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi penggantian tiroid
seumur hidup.
Tujuan : Pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang diresepkan.
Intervensi
a. Jelaskan dasar pemikiran untuk terapi penggantian hormon tiroid.
Rasional : Memberikan rasional penggunaan terapi penggantian hormon tiroid
seperti yang diresepkan, kepada pasien
b. Uraikan efek pengobatan yang dikehendaki pada pasien
Rasional : Mendorong pasien untuk mengenali perbaikan status fisik dan kesehatan
yang akan terjadi pada terapi hormon tiroid.
c. Bantu pasien menyusun jadwal dan cheklist untuk memastikan pelaksanaan sendiri
terapi penggantian hormon tiroid.
Rasional : Memastikan bahwa obat yang; digunakan seperti yang diresepkan.

d. Uraikan tanda-tanda dan gejala pemberian obat dengan dosis yang berlebihan dan
kurang.
Rasional : Berfungsi sebagai pengecekan bagi pasien untuk menentukan apakah
tujuan terapi terpenuhi.
e. Jelaskan perlunya tindak lanjut jangka panjang kepada pasien dan keluarganya.
Rasional : Meningkatkan kemungkinan bahwa keadaan hipo atau hipertiroidisme
akan dapat dideteksi dan diobati.
5. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
Tujuan : Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang normal.
Intervensi
a. Pantau frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi dan gas darah
arterial
Rasional : Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan
selanjutnya dan mengevaluasi efektifitas intervensi.
b. Dorong pasien untuk napas dalam dan batuk
Rasional : Mencegah aktifitas dan meningkatkan pernapasan yang adekuat.
c. Berikan obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati
Rasional : Pasien hipotiroidisme sangat rentan terhadap gangguan pernapasan akibat
gangguan obat golongan hipnotik-sedatif.
d. Pelihara saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi
jika diperlukan.
Rasional : Penggunaan saluran napas artifisial dan dukungan ventilasi mungkin
diperlukan jika terjadi depresi pernapasan
6. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan
status kardiovaskuler serta pernapasan.
Tujuan : Perbaikan proses berpikir.
Intervensi
a. Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.
b. Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas yang, tidak bersifat mengancam.
Rasional : Memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien terhadap stres.
c. Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan
mental merupakan akibat dan proses penyakit.

Rasional : Meyakinkan pasien dan keluarga tentang penyebab perubahan kognitif
dan bahwa hasil akhir yang positif dimungkinkan jika dilakukan terapi yang tepat.

Intervensi Pada Kondisi miksedema / koma miksedema
a. Pantau pasien akan; adanya peningkatan keparahan tanda dan gejala hipertiroidisme.
1) Penurunan tingkat kesadaran ; demensia
2) Penurunan tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi
3) pernapasan, suhu tubuh, denyut nadi)
4) Peningkatan kesulitan dalam membangunkan dan menyadarkan pasien.
Rasional : Hipotiroidisme berat jika tidak ditangani akan menyebabkan miksedema, koma miksedema dan pelambatan seluruh sistem tubuh
b. Dukung dengan ventilasi jika terjadi depresi dalam kegagalan pernapasan
Rasional : Dukungan ventilasi diperlukan untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat dan pemeliharaan saluran napas.
c. Berikan obat (misalnya, hormon tiroksin) seperti yang diresepkan dengan sangat hati-hati.
Rasional : Metabolisme yang lambat dan aterosklerosis pada miksedema dapat mengakibatkan serangan angina pada saat pemberian tiroksin
d. Balik dan ubah posisi tubuh pasien dengan interval waktu tertentu.
Rasional : Meminimalkan resiko yang berkaitan dengan imobilitas.
e. Hindari penggunaan obat-obat golongan hipnotik, sedatif dan analgetik.
Rasional : Perubahan pada metabolisme obat-obat ini sangat meningkatkan risiko jika diberikan pada keadaan miksedema.


2. KRISIS TIROTOKSIK (TYROID STROM)

Definisi
Tyroid Strom juga dikenal sebagai krisis tirotoksik, adalah keadaan klinis hipertiroidisme paling berat yang mengancam jiwa. Umumnya keadaan ini timbul pada pasien dengan dasar penyakit Graves atau Struma Multiodular toxik. Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106 oF), dan apabila tidak diobati akan terjadi kematian.

Patofisiologi
Pada keadaan sehat, Hipotalamus menghasilkan TRH (Tiroid Releasing Hormon), yang merangsang Kelenjar Hipofisis Anterior melepaskan TSH (Tiroid Stimulating Hormon) yang memicu Kelenjar Tiroid melepaskan Hormon Tiroid (HT). Bila kadar Hormon Tiroid dalam darah Tinggi maka kadar TRH dan TSH rendah (respon umpan balik.
Tapi pada keadaan Hipertiroidisme, peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRH karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan keduanya. Pada malfungsi Kelenjar Hipofisis memberikan gambaran kadar Hormon Tiroid (HT) dan Tiroid Stimulating Hormon (TSH) yang tinggi, kadar Tiroid Releasing Hormon (TRH) akan rendah karena umpan balik dari kadar HT dan TSH. Pada malfungsi Hipotalamus akan memperlihatkan kadar HT yang tinggi, disertai kadar TRH dan TSH yang berlebihan.
Kadar Hormon Tiroid dalam darah yang tinggi mengakibatkan laju metabolisme basal dalam sel meningkat, yang meningkatkan aktifitas sistem saraf simpatis, menstimulasi sistem kardiak dan meningkatkan jumlah reseptor beta adrenergik, menyebabkan takikardia dan peningkatan curah jantung, volume sekuncup dan aliran darah perifer. Metabolisme yang sangat meningkat mengakibatkan penipisan lemak yang pada akhirnya terjadi defisiensi Nutrisi.



Etiologi
Keadaan Tiroid Strom pada penderita hipertiroidisme dipengaruhi dan dipicu oleh faktor :
1. Sepsis.
2. Pembedahan.
3. Pengaruh anestesi.
4. Pengaruh radioaktif terafi.
5. Obat-obatan jenis adrenergic dan anticolinergik seperti pseudoepedrin, jenis NSAID golongan salicilat dan obat kemotherafi.
6. Konsomsi berlebihan makanan yang mengandung iodium.
7. Kegagalan dalam pengobatan Antitiroid.
8. Keadaan ketoasidosis diabetikum.
9. Trauma pada kelenjar tiroid.
10. Toxemia pada kehamilan.

Gambaran klinis.
Terjadi peningkatan gejala Tiroksikosis pada sistem tubuh seperti :
• Gejala umum yang tarjadi pada klien tiroid strom
o Demam,
o Keringat berlebihan.
o Berat badan menurun.
o Kesukaran bernafas
o Dan cepat lelah (fatique)
• Gejala Sistem Vaskular
o Hipertensi dengan denyut nadi yang cepat dan lemah.
o Tacycardia
o Aritmia.
• Gejala pada sistem saluran cerna :
o Mual dan muntah.
o Diare.
o Nyeri perut.
o Jaundice.

• Gejala pada sistem persarafan :
o Cemas
o Perubahan prilaku
o Penurunan kesadaran sampai koma.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH dan TRH akan memastikan keadaan dan lokalisasi masalah di sistem saraf pusat atau kelenjar Tiroid.
1. T3 dan T4 selalu tinggi, T3 (Normal = 60 – 190 μg/ dL) dan T4 (Normal: 5.3 – 14.5 μg/ dL)
2. Radioactive Iodine Uptake (RIU) ↑↑
3. Respon TSH terhadap TRH hampir tidak ada
4. Hypercalcemia
5. TSH darah rendah (Normal = < 6 – 10 μU/ mL)
6. Cholesterol darah ↓↓
7. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia.
Penatalaksanaan
1. Diagnosis dan memberikan terafi terhadap penyakit-penyakit lain yang diderita.
2. Pemberian terafi supportive
- beri O2, obat penenang, infus cairan
- corticosteroid (hydrocotison sampai 300 mg/ injeksi)
- infus Na-iodida 1 – 2 gram tiap 8 jam
3. Beri obat anti tiroid dosis tinggi
Contoh: propylthiouracyl sampai 300 mg p.o atau melalui NGT
4. beri propranolol (1- 2 mg iu sampai total dosis 2 – 10 mg) – untuk menenangkan tachycardinya

Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada klien Tiroid Strom pada prinsipnya sama dengan pengkajian pada klien Hipertirodisme, namun pada klien Tiroid strom lebih diprioritaskan pada gejala yang mengancam jiwa.
Pengkajian pada Hipertiroidisme dengan Tiroid Strom.
1. Aktivitas atau istirahat
a. Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah, gangguan koordinasi, Kelelahan berat.
b. Tanda : Atrofi otot
2. Sirkulasi
a. Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina).
b. Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, Peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat. Sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis).
3. Eliminasi
a. Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria, nocturia), Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), Infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen, Diare, Urine encer, pucat, kuning, poliuria ( dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif ( diare ).
4. Integritas / Ego
a. Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.
b. Tanda : Ansietas peka rangsang.
5. Makanan / Cairan
a. Gejala : Hilang nafsu makan, Mual atau muntah. Tidak mengikuti diet : peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (tiazid).
b. Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, Pembesaran thyroid ( peningkatan kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah ), bau halitosis atau manis, bau buah (napas aseton).
6. Neurosensori
a. Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot parasetia, gangguan penglihatan.
b. Tanda : Disorientasi, megantuk, lethargi, stupor atau koma (tahap lanjut), gangguan memori (baru masa lalu) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD menurun; koma). Aktivitas kejang ( tahap lanjut dari DKA).
7. Nyeri / Kenyamanan
a. Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
8. Pernapasan
a. Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak).
b. Tanda : Sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi pernapasan meningkat.
9. Keamanan
a. Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
b. Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan umum / rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam ).
10. Seksualitas
a. Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria ; kesulitan orgasme pada wanita.
b. Tanda : Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih. Aseton plasma : positif secara menjolok. Asam lemak bebas : kadar lipid dengan kolosterol meningkat.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien yang mengalami hipertiroidisme adalah sebagai berikut :
1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan).
4. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan mekanisme perlindungan dari mata ; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
5. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik.
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
7. Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologik, peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan pola tidur.
Perencanaan / Intervensi.
1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
Tujuan : Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan kriteria : 1) Nadi perifer dapat teraba normal. 2) Vital sign dalam batas normal. 3) Pengisian kapiler normal 4) Status mental baik 5) Tidak ada disritmia.
Intervensi :
a. Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan Perhatikan besarnya tekanan nadi.
Rasional : Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi.
b. Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien.
Rasional : Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot jantung atau iskemia.
c. Auskultasi suara nafas. Perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti krekels)
Rasional : S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung meningkat pada keadaan hipermetabolik.
d. Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membran kering, nadi lemah, penurunan produksi urine dan hipotensi.
Rasional : Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yag akan menurunkan volume sirkulasi dan menurunkan curah jantung.
e. Catat masukan dan haluaran Askep Klien Hipertiroidisme.
Rasional : Kehilangan cairan yang terlalu banyak dapat menimbulkan dehidrasi berat.
2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi
Tujuan : Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energi
Intervensi :
a. Pantau tanda vital dan catat nadi baik istirahat maupun saat aktivitas.
Rasional : Nadi secara luas meningkat dan bahkan istirahat , takikardia mungkin ditemukan.
b. Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional : Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat menimbul-kan agitasi, hiperaktif, dan imsomnia.
c. Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas.
Rasional : Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme.
d. Berikan tindakan yang membuat pasien merasa nyaman seperti massage.
Rasional : Meningkatkan relaksasi
3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan).
Tujuan : Klien akan menunjukkan berat badan stabil dengan kriteria :
a. Nafsu makan baik.
b. Berat badan normal
c. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Intervensi :
a. Catat adanya anoreksia, mual dan muntah
Rasional : Peningkatan aktivitas adrenergic dapat menyebabkan gangguan sekresi insulin/terjadi resisten yang mengakibatkan hiperglikemia.
b. Pantau masukan makanan setiap hari, timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid.
c. kolaborasi untuk pemberian diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin
Rasional : Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-zat makanan yang adekuat dan mengidentifikasi makanan pengganti yang sesuai
4. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan mekanisme perlindungan dari mata; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus
Tujuan : Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari ulkus.
Intervensi :
a. Observasi adanya edema periorbital
Rasional : Stimulasi umum dari stimulasi adrenergik yang berlebihan
b. Evaluasi ketajaman mata
Rasional : Oftalmopati infiltratif adalah akibat dari peningkatan jaringan retro-orbita
c. Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap Askep Klien Hipertiroidisme
Rasional : Melindungi kerusakan kornea
d. Bagian kepala tempat tidur ditinggikan
Rasional : Menurunkan edema jaringan bila ada komplikasi
5. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik
Tujuan : Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi dengan kriteria : Pasien tampak rileks.
Intervensi :
a. Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas
Rasional : Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan imsomnis
b. Bicara singkat dengan kata yang sederhana
Rasional : Rentang perhatian mungkin menjadi pendek , konsentrasi berkurang, yang membatasi kemampuan untuk mengasimilasi informasi.
c. Jelaskan prosedur tindakan
Rasional : Memberikan informasi yang akurat yang dapat menurunkan kesalahan interpretasi.
d. Kurangi stimulasi dari luar
Rasional : Menciptakan lingkungan yang terapeutik
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya dengan kriteria mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya.
Intervensi :
a. Tinjau ulang proses penyakit dan harapan masa depan
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat menentukan pilihan berdasarkana informasi.
b. Berikan informasi yang tepat
Rasional : Berat ringannya keadaan, penyebab, usia dan komplikasi yang muncul akan menentukan tindakan pengobatan.
c. Identifikasi sumber stress
Rasional : Faktor psikogenik seringkali sangat penting dalam memunculkan / eksaserbasi dari penyakit ini.
d. Tekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat
Rasional : Mencegah munculnya kelelahan
e. Berikan informasi tanda dan gejala dari hipotiroid
Rasional : Pasien yang mendapat pengobatan hipertiroid besar kemungkinan mengalami hipotiroid yang dapat terjadi segera setelah pengobatan selama 5 tahun kedepan.
7. Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologik, peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan pola tidur.
Tujuan : Mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan dalam berpikir/berprilaku dan faktor penyebab.
Intervensi :
a. Kaji proses pikir pasien seperti memori, rentang perhatian, orientasi terhadap tempat, waktu dan orang.
Rasional : Menentukan adanya kelainan pada proses sensori Askep Klien Hipertiroidisme
b. Catat adanya perubahan tingkah laku
Rasional : Kemungkinan terlalu waspada, tidak dapat beristirahat, sensitifitas meningkat atau menangis atau mungkin berkembang menjadi psikotik yang sesungguhnya.
c. kaji tingkat ansietas
Rasional :Ansietas dapat merubah proses pikir
d. Ciptakan lingkungan yang tenang, turunkan stimulasi lingkungan
Rasional : Penurunan stimulasi eksternal dapat menurunkan hiperaktifitas/refleks, peka rangsang saraf, halusinasi pendengaran.
e. Orientasikan pasien pada tempat dan waktu
Rasional : Membantu untuk mengembangkan dan mempertahankan kesadaran pada realita/lingkungan.
f. Anjurkan keluarga atau orang terdekat lainnya untuk mengunjungi klien.
Rasional : Membantu dalam mempertahankan sosialisasi dan orientasi pasien.
g. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti sedatif/tranquilizer, atau obat anti psikotik.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan hipersensitifitas saraf/agitasi untuk meningkatkan proses pikir.


Evaluasi
Hasil yang diharapkan adalah :
1. Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
2. Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energi.
3. Klien akan menunjukkan berat badan stabil.
4. Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari ulkus.
5. Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi.
6. Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya.
7. Mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan dalam berpikir / berprilaku dan faktor penyebab.

KRISIS ADRENAL
Krisis Adrenal atau krisis Addison atau Acute Adrenal Insuffiency adalah suatu
insufisiensi adrenal akut yang biasanya ditemukan dalam keadaan syok pada seseorang
yang menderita insufisiensi adrenal yang sebelumnya tidak diketahui atau pada
penderita insufisiensi adrenal yang kenudian mendapat suatu infeksi bakteri, tindakan
operasi, diare atau penyakit berat lainnya.
Krisis terjadi bila kebutuhan fisiologis terhadap hormon tersebut melebihi
kemampuan kelenjar adrenal untuk menghasilkan hormon tersebut, yaitu pada
penderita dengan kekurangan hormon kelenjar adrenal yang kronis yang terkena stress
atau penyakit.
Etiologi dari krisis Addison ini antara lain adalah infeksi, trauma, tindakan
pembedahan, luka bakar, kehamilan, anestesi umum dan keadaan hipermetabolik. 3
Harus dibedakan antara krisis addison dan penyakit Addison. Penyakit Addison
adalah suatu kondisi dimana kelenjar adrenal tidak dapat memproduksi dengan cukup
beberapa jenis hormon. Kondisi tersebut dikenal setelah DR. Addison pada tahun 1855
mengemukakan tentang penyakit tersebut. Penyakit Addison sangat jarang ditemukan,
dari hasil penelitian di Inggris didapatkan hasil dari satu juta orang hanya terjadi 8
kasus saja. Kebanyakan kasus terjadi antara umur 20 sampai 50 tahun, tetapi dapat
pula terjadi pada semua umur.
Perbedaan dengan krisis Addison adalah dalam gejala, pada penyakit Addison
gejala berkembang secara lambat mulai dari beberapa bulan sampai dengan tahun
ditandai dengan: lemah badan, lekas lelah, anoreksia, penurunan berat badan dan
hiperpigmentasi, sedangkan krisis adrenal terjadi secara akut yaitu muntah muntah dan
nyeri abdominal dan syok hipovolemik.
Krisis Addison ini harus dapat dikenali dengan cepat, karena sangat mengancam
jiwa, karena itu akan dibahas mengenai diagnosa dan penatalaksanan krisis Addison.


INSUFISIENSI ADRENAL
DEFINISI
Adalah sekresi yang inadekwat dari adrenokortikosteroid, dapat terjadi sebagai hasil
dari sekresi ACTH yang tidak cukup atau karena kerusakan dari kelenjar adrenal dapat
sebagian atau seluruhnya. Manifestasi yang terjadi dapat bermacam macam , dapat
terjadi tiba tiba dan mengancam jiwa atau dapat juga berkembang secara bertahap dan
perlahan lahan.

KLASIFIKASI
Insufisiensi adrenal dibagi menjadi 3 tipe, tergantung dari dimana terjadinya
masalah pada kelenjar hipothalamik pituitary-adrenal dan seberapa cepat turunnya
hormon hormon tersebut.
1. Chronic primary adrenal insufiiciency ( Addison disease)
2. Chronic secondary adrenal insufficiency
3. Acute adrenal insufficiency ( Adrenal Crisis )

1. Chronic primary adrenal insufisiency ( Addison disease )
Penyakit ini berhubungan dengan kerusakan secara lambat dari kelenjar adrenal,
dengan defisiensi kortisol, aldosterone, dan adrenal androgen dan kelebihan dari ACTH
dan CRH yang berhubungan dengan hilangnya feedback negatif.

Patofisiologi :
Insufisiensi adrenal kronis terjadi ketika kelenjar adrenal gagal untuk mengeluarkan
hormon dalam jumlah yang adekwat, untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, walaupun
ACTH keluar dari kelenjar pituitari.

Etiologi
1. Autoimun ( kurang lebih 70-90 kasus)
2. Infeksi ( TBC, Histoplasmosis, HIV, Syphilis)
3. Keganasan ( metastase dari paru paru, mamae, carcinoma colon, melanoma,
lymphoma)



Gejala gejala dan tanda tanda
1. Gejala yang berhubungan dengan kekurangan kortisol
Lemah badan, cepat lelah, anoreksia, mual mual, muntah, diare, hipoglikemi,
hipertensi ortostatik ringan, hiponatremi, eosinophilia.

2.Gejala yang berhubungan dengan kekurangan aldosteron
Hipertensi ortostatik, hiperkalemia, hiponatremia

3.Gejala yang berhubungan dengan kekurangan androgen
Kehilangan bulu bulu axilla dan pubis

4. Gejala yang berhubungan dengan kelebihan ACTH
Hiperpigmentasi kulit dan permukaan mukosa

Diagnosis
Periksa kadar kortisol baseline pada pagi hari dan ACTH, lalu dilakukan
cosyntropin (ACTH) stimulation test. Kadar kortisol biasanya rendah dan kadar ACTH
tinggi dan eksogen ACTH tidak meningkatkan kortisol karena kelenjar adrenal tidak
berfungsi. Pemeriksaan lebih lanjut tergantung dari kemungkinan penyebab penyakit
yaitu autoimun, infeksi dan keganasan.

Penanganan
1. Pemberian kortisol po 15 mg pagi hari dan hidrokortison po 10 mg sore hari
( dosis dikurangi secara bertahap, lalu gunakan dosis terendah yang masih
dapat ditoleransi ).
2. Gantikan aldosteron dengan fludrikortison 50-200mcg/hari, dosis titrasi sesuai
dengan tekanan darah dan kadar Kalium
3. Yang paling penting adalah memakai tanda ditangan yang menerangkan
penyakit penderita dan instruksi untuk meningkatkan duakali lipat atau tiga kali
lipat dosis hidrokortison selama stres fisiologik

2. Chronic Secondary Adrenal Insuficiency
Adalah penurunan kadar kortisol yang berlebihan, berhubungan dengan
kehilangan fungsi secara lambat dari hypothalamus dan pituitari. Kadar kortisol dan
ACTH keduanya menurun, tetapi kadar aldosteron dan adrenal androgen biasanya
normal karena keduanya diregulasi diluar jalur hipotalamus hipofise.

Patofisiologi
Insufisiensi adrenal kronis sekunder terjadi ketika steroid eksogen menekan
hypothalamus-pituitary-adrenal axis (HPA). Bila terjadi penurunan dari steroid eksogen
ini akan mencetuskan suatu krisis adrenal.atau stess yang akan meningkatkan
kebutuhan kortisol.

Etiologi
1. Terapi glukokortikoid jangka lama ( mensupresi CRH )
2. Tumor pituitari atau hipotalamus
3. Radiasi pituitari
4. Penyakit infeksi dan infiltrasi dari kelenjar pituitari ( sarkoid, hystiosistosis,TB,
histoplasmosis)

Gejala dan tanda tanda :
Yang berhubungan dengan kekurangan hormon kortisol adalah: lemah badan,
cepat lelah, anoreksia, mual-mual, muntah, diare, hipoglikemi, eosinophilia, hipotensi
ortostatik yang ringan.

Diagnosis :
Periksa kadar kortisol baseline pada pagi hari dan kadar ACTH, lalu dilakukan test
stimulasi cosyntropin (ACTH). Kadar kortisol dan ACTH biasanya rendah eksogen
ACTH meningkatkan kortisol pada kasus yang ringan atau onset baru dari insufisiensi
adrenal sekunder. Jika kelainan yang terjadi sudah sangat lama maka cosyntropin test
akan negatif karena berhubungan dengan kejadian adrenal atropi. Pikirkan alternatif
pemeriksaan endokrin yang lain seperti test insulin , metyrapone atau CRH stimulation
test. Periksa lebih lanjut penyakit yang mendasarinya contoh pituitary makro
adenoma.

Penatalaksanaan :
1. Berikan kortisol 15 mg pada pagi hari dengan hidrocortison 10 mg pada sore
hari ( dosis dapat di turunkan, gunakan dosis terendah yang masih dapat
ditoleransi.atau gunakan glukokortikoid dan kemudian lakukan tappering off.
2. Yang paling penting adalah memakai tanda ditangan yang menerangkan
penyakit penderita dan instruksi untuk meningkatkan duakali lipat atau
tiga kali lipat dosis hydrokortison selama stres fisiologis.

3. Acute Adrenal Insuficiency ( Krisis Addison)
KRISIS ADDISON (ACUTE ADRENAL INSUFICIENCY)
DEFINISI
Suatu keadaan gawat darurat yang berhubungan dengan menurunnya atau
kekurangan hormon yang relatif dan terjadinya kolaps sistem kardiovaskuler dan
biasanya gejala gejalanya non spesifik, seperti muntah dan nyeri abdomen.

PATOFISIOLOGI
Kortek adrenal memproduksi 3 hormon steroid yaitu hormon glukokortikoid
(kortisol), mineralokortikoid (aldosteron, 11-deoxycoticosterone) dan androgen
(dehydroepiandrosterone). Hormon utama yang penting dalam kejadian suatu krisis
adrenal adalah produksi dari kortisol dan adrenal aldolteron yang sangat sedikit.
Kortisol meningkatkan glukoneogenesis dan menyediakan zat - zat melalui
proteolisis, penghambat sintesis protein, mobilisasi asam lemak,dan meningkatkan
pengambilan asam amino di hati. Kortisol secara tidak langsung meningkatkan
sekresi insulin untuk mengimbangi hperglikemi tetapi juga menurunkan sensitivitas
dari insulin. Kortisol juga mempunyai efek anti inflamasi untuk mestabilkan lisosom,
menurunkan respon leukositik dan menghambat produksi sitokin. Aktivitas fagositik
dipertahankan tetapi sel mediated imunity hilang pada keadaan kekurangan kortisol
dan mensupresi sintesis adrenokortikotropik hormon ( ACTH).
Aldosteron di keluarkan sebagai respon terhadap stimulasi dari angiotensin II
melalui system renin angiotensin, hiperkalemi, hiponatremi dan antagonis dopamin.
Efek nya pada target organ primer. Ginjal meningkatkan reabsorpsi dari natrium dan
sekresi dari kalium dan hidrogen. Mekanismenya masih belum jelas, peningkatan dari
natrium dan kalium mengaktivasi enzim adenosine triphosphatase ( Na/K ATPase)
yang bertangung jawab untuk trasportasi natrium dan juga meningkatkan aktivitas dari
carbonic anhidrase, efek nya adalah meningkatkan volume intravaskuler. System renin
angiotensin-aldosteron tidak dipengaruhi oleh glukokortikoid eksogen dan kekurangan
ACTH mempuyai efek yang sangat kecil untuk kadar aldosteron kekurangan hormon
adrenokortikal menyebabkan efek yang berlawanan dengan hormon ini dan
menyebabkan gejala klinis yang dapat ditemukan pada krisis adrenal.
Berikut adalah bagan yang menggambarkan keadaan yang terjadi pada krisis
Addison

INSIDENSI
Insidensi dari krisis adrenal sangat jarang yaitu : sekitar 4 dari 100.000 orang.

ETIOLOGI
Penyebab primer adalah perdarahan kelenjar adrenal bilateral, trombosis atau
nekrosis selama terjadi sepsis atau ketika mendapat antikoagulan. Bila kehilangan
kelenjar adrenal unilateral tidak akan menyebabkan insufisiensi adrenal.
Penyebab sekunder adalah peripartum pituitary infark (Sheehan`s syndrom),
Pituitary apoplexy ( perdarahan pada kelenjar pituitary), trauma kepala dengan
gangguan batang kelenjar pitutari, tetapi biasanya tidak seberat pada keadaan
adrenal insuficiency primer karena sekresi aldosteron tidak dipengaruhi.

FAKTOR RESIKO
Penggunaan steroid , kurang lebih 20 mg sehari dari prednison atau persamaannya
sekurang kurangnya 5 hari pada 1 tahun terahir, penderita menerima dosis yang
mendekati kadar fisiologis yang dibutuhkan selama 1 bulan untuk memulihkan fungsi
dari kelenjar adrenal.
Stres fisiologik yang berat seperti sepsis, trauma, luka bakar, tindakan
pembedahan. Berikut ini adalah keadaan yang terjadi pada hipotalamik-pituitaryadrenal
axis pada keadaan normal, keadaan stress fisiologis yang berat dan dalam keadaan critical illness.
Organisme yang berhubungan dengan krisis adrenal yaitu haemophilus Influenza,
staphilokokus aureus, streptokokus pneumonia, jamur.
Selain itu penggunaan obat inhalasi fluticasone, setelah injeksi steroid intra
artikular, dan pada pengguna obat-obatan ketokonazole, phenitoin, rifampisin.

GEJALA KLINIS
Gejala klinis yang mendukung suatu diagnosis krisis adrenal adalah sebagai berikut :
• Syok yang sulit dijelaskan etiologinya biasanya tidak ada pengaruh dengan
pemberian resusitasi cairan atau vasopresor.
• Hipotermia atau hipertermia
• Yang berhubungan dengan kekurangan kortisol yaitu cepat lelah, lemah badan,
anoreksia, mual mual dan muntah , diare, hipoglikemi, hipotensi, hiponatremi.
• Yang berhubungan dengan kekurangan hormon aldosteron yaitu hiperkalemia
dan hipotensi berat yang menetap
• Lain lain tergantung dari penyebab, mungkin didapatkan panas badan, nyeri
abdomen dan pinggang yang berhubungan dengan perdarahan kelenjar
adrenal.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Data laboratorium memperlihatkan kadar glukosa darah yang rendah. Biasanya
kadar natrium plasma juga rendah tetapi jarang dibawah 120 meq/L dan kadar kalium
dalah meningkat, tetapi jarang diatas 7 meq.L. Penderita biasanya mengalami asidosis
dengan kadar bikarbonat plasma antara 15-20 meq /L. Kadar ureum juga meningkat.
Kemungkinan diagnosa juga dapat di lihat dari adanya eosinofilia dan limpositosis
pada SADT, dan adanya gangguan kadar serum tiroid 4
Diagnosa paling spesifik yaitu dengan memeriksa kadar ACTH dan kortisol, jika
terdapat banyak waktu. Serum kotisol biasanya kadarnya kurang dari 20 mcg/dl tetapi
kita dapat menunggu untuk melakukan pemeriksaan ini bila pasien sudah dapat
distabilkan. Jika akan dilakukan test untuk menstimulasi ACTH setelah memulai stess
dose steroid, pastikanlah steroid sudah diganti ke dexametason karena tidak akan
mempengaruhi test.
Cara melakukan ACTH test adalah pertama tetapkan kadar kortisol plasma
baseline, kemudian berikan ACTH 250 mcg intavena yang diberi tekanan kemudian
pantau serum kortisol 30-60 menit setelah diberikan ACTH. Kenaikan kurang dari 9
mcg dapat dipikirkan sebagai insuficiensi adrenal.
Pada foto thorax harus dicari tanda tanda tuberculosis, histoplasmosis, keganasan,
sarkoid dan lymphoma.
Pada pemeriksaan CT scan abdomen menggambarkan kelenjar adrenal
mengalami perdarahan, atropi, gangguan infiltrasi, penyakit metabolik. Perdarahan
adrenal terlihat sebagai bayangan hiperdens, dan terdapat pembesaran kelenjar
adrenal yang bilateral.
Pada pemeriksaan EKG mempelihatkan adanya pemanjangan dari interval QT
yang dapat mengakibatkan ventikular aritmia, gelombang t inverted yang dalam dapat
terjadi pada akut adrenal krisis.
Pemeriksaan histologis tergantung dari penyebab kegagalan adrenal. Pada
kegagalan adrenokotikal yang primer, terlihat gambaran infeksi dan penyakit infiltratif.
Pada kegagalan adrenokotikal yang sekunder dapat menyebabkan atrofi kelenjar
adrenal. Gambaran dari perdarahan adrenal bilateral mungkin hanya ditemukan
gambaran darah saja.

PENATALAKSANAAN
1. Cairan isotonik seperti NaCl 9% diberikan untuk menambah volume dan
garam.
2. Jika penderita hipoglikemi dapat di berikan cairan dextrose 50%
3. Steroid IV secepatnya : dexametason 4 mg atau hydrokortisone 100 mg.
Setelah penderita stabil lanjutkan dengan dexametasone 4 mg IV tiap 12
jam atau hydrokortison 100 mg IV tiap 6-8 jam.
4.Obati penyakit dasarnya seperti infeksi dan perdarahan, untuk infeksi dapat
diberikan antibiotik.
5.Untuk meningkatkan tekanan darah dapat diberikan dopamin atau norepineprin.
6.Terapi pengganti mineralokortikoid dengan fludricortisone
7.Penderita harus dikonsultasikan dengan endokrinologist, spesialis penyakit
Infeksi, ahli critical care, kardiologis, ahli bedah.

PROGNOSA
Pada keadaan tidak didapatkan perdarahan adrenal bilateral, kemungkinan hidup
dari penderita dengan krisis adrenal akut yang didiagnosa secara cepat dan ditangani
secara baik, mendekati penderita tanpa krisis adrenal dengan tingkat keparahan yang
sama. Penderita yang penyakitnya berkembang menjadi perdarahan sebelum dapat
dilakukan pemeriksaan CT scan atau test hormonal jarang yang dapat bertahan hidup.
Karena insiden dari krisis adrenal dan perdarahan adrenal sulit diketahui secara pasti
maka mortalitas dan morbiditasnya tidak diketahui dengan jelas.

Hypoglycemia
DEFINISI http://www.blogger.com/img/blank.gif
Penurunan konsentrasi gula dalam darah yang mengakibatkan kurangnya kadar glukosa dalam sistem saraf pusat
• Tiba-tiba
 Pucat
 Gemetar
 Tachycardia
 Penglihatan berkunang-kunang
 Bingung
• Bertahap
 Fatigue
 Bingung
 Pusing
 Sering lupa
 Kejang, koma
• Pathophysiology
Spontaneous Hypoglycemia
- Cacat, pembedahanan GI
- Idiopathic hypoglycemia
- Tumor terutama pd sal cerna
- Kanker
- Organ endokrin terkait
-Penyakit hati
Induced Hypoglycemia
-Insulin buatan
-Alcohol
-Obat-obatan
Diabetic Ketoacidosis
Sutu kondisi kekurangan insulin yang mengakibatkan hyperglycemia, asidosis, dehidrasi dan gangguan elektrolit berat


Tanda dan Gejala
Polyuria, dehydration
Sodium, Phosphorous, Magnesium menurun
Hypokalemia berat
Signs and symptoms
- Kussmaul respirations
- Postural dizzyness
- CNS depression
- Ketonuria
- Anorexia
- Nausea
- Abdonminal pain
- Thirst, polyuria
Treatment
- ABC’s, intubation for the comatose patient




Untuk mendowload klik : Abah Zahra

02 Januari 2010

PENGANTAR KESEHATAN LINGKUNGAN

HYGIENE:
USAHA KESEHATAN PREVENTIF ATAU PENYEGAHAN PENYAKIT YANG MENITIK BERATKAN KEGIATANNYA BAIK PADA USAHA KESEHATAN PERORANGAN MAUPUN KEPADA USAHA KESEHATAN LINGKUNGAN FISIK DIMANA ORANG BERADA.( Drs. Soebagio Reksosoebroto,1990)
SANITATION:
THE CONTROL OF ALL THOSE FACTORS IN MAN’S PHYSICAL ENVIROMENT WHICH EXERCISE OR MAY EXERCISE A DELETERIOUS EFFECT ON HIS PHYSICAL DEVELOPMENT, HEALTH, SURVIVAL.(W.H.O., 1965).
KESEHATAN-SEHAT:
ADALAH SUATU KEADAAN KESEMPURNAAN FISIK, MENTAL DAN SOSIAL YANG TIDAK HANYA BEBAS DARI PENYAKIT ATAU KELEMAHAN. (WHO)
ADALAH KEADAAN SEJAHTERA BADAN, JIWA DAN SOSIAL YANG MEMUNGKINKAN SETIAP ORANG HIDUP PRODUKTIF SECARA SOSIAL DAN EKONOMI.

Environment:

All that which is external to the human host. Can be divided into physical, biological, social, cultural, etc., any or all of which can influence health status of populations
(J. Last, Dictionary of Epidemiology)
LINGKUNGAN:
1. Lingkungan makro
2. Lingkungan meso
3. Lingkungan mikro
Lingkungan (Media):
1. ATMOSFER
2. HIDROSFER
3. LITHOSFER
4. BIOSFER
5. SOSIOSFER

KESEHATAN LINGKUNGAN:Adalah ILMU & SENI dalam mencapai KESEIMBANGAN KESELARASAN KESERASIAN lingkungan hidup melalui upaya PENGEMBANGAN BUDAYA PERILAKU SEHAT dan PENGELOLAAN LINGKUNGAN sehingga dicapai kondisi yang BERSIH, AMAN, NYAMAN, SEHAT dan SEJAHTERA terhindar dari gangguan PENYAKIT, PENCEMARAN dan KECELAKAAN, sesuai dengan HARKAT dan MARTABAT manusia
Bogor. ( SS.210894 )
KESEHATAN LINGKUNGAN :KESEIMBANGAN EKOLOGIS YANG HARUS ADA ANTARA MANUSIA DAN LINGKUNGANNYA AGAR DAPAT MENJAMIN KEADAAN SEHAT DARI MANUSIA SECARA UTUH TIDAK HANYA KESEHATAN SECARA FISIK TETAPI JUGA KESEHATAN MENTAL DAN SOSIAL DENGAN LINGKUNGANNYA (WHO)
ENVIRONMENTAL HEALTH IS THAT ASPECT OF PUBLIC HEALTH THAT IS CONCERNED WITH THOSE FROM OF LIVE, SUBSTANCES, FORCES AND CONDITIONER IN THE SURROUNDINGS OF MAN WAY EXERT AN INFLUENCE OF HUMAN HEALTH WELL BEING (W.PURDOM)



Ruang lingkup perhatian ilmu kesehatan lingkungan :
-Penyediaan air, khususnya yang menyangkut persediaan jumlah serta mutu dari air tersebut.
-Pengelolaan air bekas dan pengelolaan pencemaran terhadap air, termasuk masalah -pengumpulan, pembersihan dan pembuangan air bekas dari rumah tangga dan sampah lain yang dibawa air, serta kontrol terhadap kwalitas air permukaan dan air tanah.
-Pengelolaan sampah padat.
-Kontrol vektor, termasuk anthropoda, binatang mengerat
-Pencegahan dan pengontrolan pencemaran tanah oleh kotoran manusia atau substansi lain yang berpengaruh buruk terhadap kehidupan manusia hewan dan tumbuhan.
-Sanitasi makanan dan susu.
-Pengotoran udara.
-Kontrol terhadap radiasi.
-Kesehatan kerja terutama pengaruh buruk dari faktor fisik, kimia dan biologis.
-Kontrol terhadap kebisingan.
-Perumahan dan lingkungan sekitar terutama aspek kesehatan masyarakat pada tempat -pemukiman umum ataupun gedung-gedung.
-Perencanaan kota dan regional.
-Pencegahan terhadap kecelakaan.
-Aspek kesehatan lingkungan dari udara laut dan transportasi.
-Tempat rekreasi dan tourisme, aspek kesehatan lingkungan dari pantai, kolam renang tempat berkemah dan lain sebagainya.
-Tindakan sanitasi yang dihubungkan dengan epidemi. keadaan darurat (seperti banjir dan sebagainya) serta imigrasi penduduk.
-Tindakan pencegahan lain yang dibutuhkan untuk meyakinkan bahwa lingkungan telah bebas dari bahaya yang dapat mengancam kesehatan.

Ruang lingkup kesehatan lingkungan (WHO)
-Masalah air .
-Masalah barang/benda sisa/bekas seperti air limbah, sampah, tinja.
-Masalah makanan dan minuman.
-Masalah perumahan dan bangunan.
-Masalah pencemaran terhadap udara, tanah dan air.
-Masalah pengawasan arthropoda dan rodentia.
-Masalah kesehatan kerja.




PRINSIP-2 PENGENDALIAN PENYAKIT GANGGUAN KESEHATAN
1. PENGOBATAN MEDIS-> KURATIF &REHAB
2. IMUNISASI
3. PENINGKATAN VITALITAS FISIK
4. PENGENDALIAN LINGKUNGAN
PENGENDALIAN LINGKUNGAN
1. ISOLASI -> PEMISAHAN DNG JARAK TTT
2. SUBSTITUSI-> MENGGANTI BAHAN
3. SHEILDING-> PELINDUNG
4. TREATMENT-> PERAWATAN/PENGOLAHAN
5. PENCEGAHAN

TREATMENT:
1. DESTRUKSI-> BINASAKAN KESELURUHAN SUMB.BIOLOGIS.
2. KONVERSI -> GANTI B3-> <<< BAHAYA
3. REMOVAL-> MEMBERSIHKAN DARI KOTORAN.
4. INHIBISI-> MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI
5. PENCEGAHAN-> MENCEGAH TERJADINYA PENYAKIT.









MASALAH2 KES.LING DAN DAMPAKNYA THD KESMAS(WHO)
1. RATUSAN JUTA ORANG MENDERITA PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN AKIBAT POLUSI UDARA DI DALAM DAN LUAR RUMAH
2. RATUSAN JUTA ORANG TERPAJAN PADA GANGGUAN FISIK MAUPUN KIMIAWI DI TEMPAT KERJA ATAU LINGKUNGAN (TERMASUK 0,5 JUTA MENINGGAL AKIBAT KECELAKAAN LALIN)
3. 4 JUTA ANAK DAN BAYI MATI /TAHUN AKIBAT PENYAKIT DIARE, PD UMUMNYA PENCEMARAN MAKANAN MINUMAN DAN AIR MINUM.
4. RATUSAN JUTA ORANG MENDERITA AKIBAT INFESTASI PARASIT YANG MELEMAHKAN.
5. DUA JUTA ORG MENINGGAL AKIBAT MALARIA SETIAP TAHUN DAN 267 JUTA ORG SAKIT MALARIA
6. TIGA JUTA ORG MENINGGAL AKIBAT TBC/TAHUN DAN 20 JUTA MENGALAMI INFEKSI AKTIF TBC.
7. RATUSAN JUTA MENDERITA KURANG GIZI.


Sebagian besar masalah kesehatan berada di luar sektor kesehatan Oleh karenanya dalam pembangunan kesehatan, perlu upaya untuk:
1. Meminimalkan underlying causes, yaitu berbagai penyebab tak langsung (pendidikan, perumahan, dan lain-lain)
2. Menangani cause of the the causes, yaitu penyebab fundamental (masalah sosial ekonomi, budaya dan lingkungan)






PENGERTIAN KOTA-KABUPATEN SEHAT
Kota yang terus menerus berupaya meningkatkan kualitas lingkungan fisik dan sosialnya melalui pemberdayaan potensi masyarakat dengan memaksimalkan seluruh potensi kehidupan baik secara bersama-sama maupun mandiri, sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang berperilaku sehat hidup di lingkungan yang aman, nyaman sehat.

Kabupaten sehat adalah kesatuan wilayah administrasi pemerintah yang terdiri dari desa/kelurahan yang masyarakatnya secara terus menerus berupaya meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat yang didukung oleh lingkungan , prasarana wilayah akses, pelayanan sosial, ekonomi dan kesehatan yang memadai, sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang berperilaku sehat yang hidup dilingkungan yang aman, nyaman sehat.

MODEL KOTA/KABUPATEN SEHAT
KOTA SEHAT
a. Lingkungan yang sehat. terciptanya udara yg bersih, PAM
b. Prasarana kota yang aman dan Sehat.-> Ruang kota serasi
c. Perilaku hidup sehat-> meniadakan perilaku tdk sehat
d. Kehidupan sosial yang sehat->JPKM, penanggulangan anjal
e. Kawasan Industri yang sehat-> Industri aman & tdk polusi
f. Kawasan Pariwisata yang sehat> akomodasi& mkn aman
g. Pengembangan pendidikan yang berwawasan kesehatan.

KABUAPTEN SEHAT.
a. Lingkungan yang sehat.
b. Prasarana Kab/Kec/desa yang aman dan sehat.
c. Kehidupan sosial yang sehat.
d. Tersedianya pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
e. Kesediaan pangan dan jaminan gizi
CONTOH INDIKATOR
1. Indikator Proses
Adanya penyusunan rencana peningkatan gerakan kota/kab.sehat dibagian tsb dan perluasan ke wilayah lain dalam kota/kab.tab
2. Indikator Hasil
Tersusunya pelaksanaan peningkatan gerakan kota/Kab.dan desa/kel.sehat dibagian lain kota itu serta upaya peningkatannya di wil. Yg sudah ada kegiatannya.


CONTOH INDIKATOR OUTPUT
A. FISIK

1. UDARA BERSIH
Ada dan dilaksanakan
Ventilasi memadai
Baku mutu emisi kendaraan
Monitoring baku mutu emisi kend.bermotor
Baku mutu Udara
Penggunaan unleaded bensin(tanpa Pb).
2. PENYEDIAAN AIR BERSIH
Pengadaan air minum perpipaan
Rumah dng air bersih
Rumah dng air minum PAM
Air tdk tercemar Coli tinja.

B. NONFISIK
1. PRILAKU TIDAK SEHAT
Kel./desa dengan kegiatan anti rokok, narkotik, penanggulangan kekerasan dan kenakalan remaja.
Penurunan kasus narkotika dan penggunaan obat-obatan terlarang.
2. JPKM
Adanya pendekatan JPKM yang dikordinir masyarakat.
Adanya JPKM yang mempunyai badan hukum.



disarikan dr bahan kuliah kesling HARDIONO

DOWNLOAD PDF

01 Januari 2010

Bagaimana nasib perawat kedepan


Miris rasanya hati ini bila memandang wajah profesi ini kedepan. Betapa tidak secara perlahan kita makin terpinggirkan dan termarginalkan.
Undang-undang kesehatan yg baru telah ditetapkan, tapi adakah disana diatur atau bicarakan tentang profesi kita? Ada memang tapi hanya secuil dari harapan kita?
Bahkan kita justru diskriminasi dgn peraturan itu dimana yg boleh jd direktur rumah sakit hanya orang medis, bukankah itu berarti hak kita telah dikebiri?
Ah.. perawat..perawat...
Kita adalah sebuah profesi yg besar, kita adalah gajah tapi sayangnya hanya gajah kebun binatang yg makan dari pemberian pengunjung dan pemilik kebun binatang. Celotehan kita hanya jd tertawaa.
Mengapa kita tdk bisa jd gajah hutan yg punya habitat sendiri bahkan ditakuti dan punya kharisma sendiri? sampai-sampai harimau sendiripun berpikir puluhan kali untuk menjadikan kita mangsa.
Apakah karena kita terbuai dan terlena oleh "perawatan" dan "kebaikan" yg telah kt terima? kalau itu penyebabnya bangunlah! BANGKITLAH!

Kita tidak bisa selamanya menggantungkan hidup pada orang lain, kebun binatang suatu saat dapat bangkrut dan kita akan "dijual" kpd pemilik lain. Maukah kita hidup seperti itu terus?
Kita tunjukan sikap dan kerja kita sebagai sebuah profesi yg besar yang tidak tergantung kepada siapa dan apapun. Kerja itulah kata kuncinya tapi dengan profesional.
Mari "dahi-dahi lebar" keperawatan, anda tata kembali biduk kita ini sempurnakan dan putuskan rantai-rantai ketergantungan bahkan kalau perlu dari pohon induk sekalipun asalkan kita dapat berdiri tegak sejajar kami akan DUKUNG!
Agar tidak lagi miris hati ini memandang dunia ke depan!

INFEKSI NIFAS

PRINSIP DASAR
Setelah persalinan terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin meningkatnya pembentukan urin untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadi penyerapan beberapa bahan tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga terjadi peningkatan suhu badan sekitar 0,5o C yang bukan merupakan keadaan patologis atau menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman kedalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi peradangan pada kala nifas.


Infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan suhu melebihi 38oc tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama 2 hari disebut infeksi kala nifas. Suhu 38°C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2 – 10 postpartum dan diukur per oral sedikitnya 4 kali sehari disebut sebagai morbiding puerperalis. Kenaikan suhu tubuh yang terjadi di dalam masa nifas, dianggap sebagai infeksi nifas jika tidak ditemukan sebab-sebab ekstragenital.
Beberapa faktor predisposisi:
*Kurang gizi atau malnutrisi
*Anemia
*Hygiene kurang baik
*Kelelahan
*Proses persalinan bermasalah:
o Partus lama/macet
o Korioamniotis
o Persalinan traumatic
o Kurang baiknya proses pencegahan ifeksi
o Periksa dalam yang berlebihan
o Tindakan operasi persalinan
o Tertinggalnya plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah
* Ibu hamil dengan infeksi
* Perdarahan post partum dan antepartum

ETIOLOGI
Penyebabnya bisa datang dari luar tubuh (eksasogen), dari tempat lain didalam tubuh (autogen) atau dari jalan lahir sendiri (endogen). Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi nifas seperti:
* Streptococcus haemolytieus aerobicus merupakan sebab infeksi yang paling berat, khususnya golongan A. Infeksi ini biasanya eksogen (dari penderita lain, alat atau kain yang tidak steril, infeksi tenggorokan orang lain).
* Staphylococcus aerus menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi infeksi umum. Banyak ditemukan di RS dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat.
* E. coli berasal dari kandung kemih atau rektum dan dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva dan endometrium.
* Clostridium Welchii, bersifat anaerob. Jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi lebih sering terjadi pada abortus kriminalis.
* Organisme yang menyerang bekas implantasi plasenta atau laserasi akibat persalinan adalah penghuni normal serviks dan jalan lahir, mungkin juga dari luar. Biasanya lebih dari satu spesies. Kuman anaerob adalah kokus gram positif (peptostreptokok, peptokok, bakteriodes dan clostridium). Kuman aerob adalah berbagai macam gram positif dan E. coli. Mikoplasma dalam laporan terakhir mungkin memegang peran penting sebagai etiologi infeksi nifas.

Infeksi dapat terjadi karena:
* Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain adalah sarung tangan atau alat- alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman.
* Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau yang membantunya.karena itu hidung dan mulut petugas yang bekerja di kamar bersalin harus ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran pernafasan dilarang memasuki kamar bersalin.
* Dalam RS banyak kuman-kuman patogen yang berasal dari penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara ke mana-mana antara lain ke handuk, kain-kain, alat-alat yang suci hama dan yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau nifas.
* Coitus pada akhir kehamilan bukan merupakan sebab yang paling penting kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.
* Infeksi intra partum. Biasanya terjadi pada partus lama, apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan beberapa kali dilakukan periksa dalam.

PATOLOGI
Setelah kala III, daerah bekas insertio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter kira-kira 4 cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi trombus dan merupakan area yang baik untuk tumbuhnya kuman-kuman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinanan, begitu juga vulva, vagina, perineum merupakan tempat masuknya kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau dapat menyebar di luar luka asalnya.
Infeksi nifas dapat terbagi dalam 2 golongan, yaitu :
1.Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, seviks dan endometrium.
2.Penyebaran dari tempat-tempat melalui vena, jalan limfe dan melalui permukaan endometrium.
Infeksi pada Perineum, Vulva, Vagina, Serviks dan Endometrium

a.Vulvitis

Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan sekitar membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah terlepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan megeluarkan pus.

b.Vaginitis.
Dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui luka perineum, permukaan mokusa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus.

c.Sevicitis.
Sering terjadi tapi tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.

d.Endometritis.
Paling sering terjadi. Kuman–kuman memasuki endometrium (biasanya pada luka insertio plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar ke seluruh endometrium. Pada infeksi setempat, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang terdiri atas keping-keping nekrotis dan cairan. Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.


Gb. USG Endometritis
Penyebaran melalui vena, jalan limfe dan melalui permukaan endometrium.
Penyebaran melalui pembuluh darah (Septikemia dan Piemia)
Merupakan infeksi umum disebabkan oleh kuman patogen Streptococcus Hemolitikus Golongan A. Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari semua kematian karena infeksi nifas.
Penyebaran melalui jalan limfe.
Peritonitis dan Parametritis (Sellulitis Pelvika)
Penyebaran melalui permukaan endometrium.
Salfingitis dan Ooforitis.


GAMBARAN KLINIK
a. Infeksi pada Perineum, Vulva, Vagina dan Serviks.
Gejalanya berupa rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, kadang-kadang perih saat kencing.
Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu sekitar 38 derajat selsius dan nadi dibawah 100 per menit.
Bila luka yang terinfeksi, tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39-40 derajat selsius, kadang-kadang disertai menggigil.
b. Endometritis.
Tergantung pada jenis virulensi kuman, daya tahan penderita dan derajat trauma pada jalan lahir. Biasanya demam mulai 48 jam pertama post partum bersifat naik turun. Lokia bertambah banyak, berwarna merah atau coklat dan berbau.
Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan selaput ketuban yang disebut Lokiometra. Uterus agak membesar, nyeri pada perabaan dan lembek.
c. Septikemia.
Sejak permulaan, pasien sudah sakit dan lemah.
Sampai 3 hari pasca persalinan suhu meningkat dengan cepat,biasanya disertai menggigil.
Suhu sekitar 39-40 derajat selsius, keadaan umum cepat memburuk, nadi cepat (140-160 kali per menit atau lebih).
Pasien dapat meninggal dalam 6-7 hari pasca persalinan.
Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman atau toxinnya langsung masuk ke dalam peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum.
d. Piemia :
Tidak lama pasca persalinan, pasien sudah merasa sakit, perut nyeri dan suhu agak meningkat.
Gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman dengan emboli memasuki peredaran darah umum.
Ciri khasnya adalah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai menggigil lalu diikuti oleh turunnya suhu.
Lambat laun timbul gejala abses paru, pneumonia dan pleuritis.
Piemia dimulai dengan tromboplebitis vena-vena daerah perlukaan lalu lepas menjadi embolus-embolus kecil dibawa keperadaran darah umum dan terjadilah infeksi dan abses pada organ-organ tubuh yang dihinggapinya.
e. Peritonitis
Peritonitis terbatas pada daerah pelvis (pelvia peritonitis): demam, nyeri perut bagian bawah, KU baik. terdapat abses pada cavum Douglas
Peritonitis umum: suhu meningkat, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, dan ada defense musculaire. Muka yang semula kemerah-merahan menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat fasies hippocratica.
f. Selulitis pelvik :
Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya selulitis pelvika.
Gejala akan semakin lebih jelas pada perkembangannya.
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus.
Di tengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses dimana suhu yang mula-mula tinggi menetap, menjadi naik turun disertai menggigil.
Pasien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut.
g. Salfingitis dan Ooforitis
Gejala hampir sama dengan pelvio peritonitis.

DIAGNOSIS
Untuk penegakan diagnosa diperlukan pemeriksaan seksama. Perlu diketahui apakah infeksi terbatas pada tempat masuknya kuman ke dalam badan atau menjalar keluar ke tempat lain. Pasien dengan infeksi meluas tampak sakit, suhu meningkat, kadang-kadang menggigil, nadi cepat dan keluhan lebih banyak.
Jika fasilitas ada, lakukan pembiakan getah vagina sebelah atas dan pada infeksi yang berat diambil darah untuk maksud yang sama. Usaha ini untuk mengetahui etiologi infeksi dan menentukan pengobatan antibiotik yang paling tepat.

DIAGNOSIS BANDING
Radang saluran pernapasan (bronkitis, pneumonia, dan sebagainya), pielonefritis, dan mastitis.


PENATALAKSANAAN
1. Selama kehamilaN.
Perbaikan gizi untuk mencegah anemia.Coitus pada hamil tua hendaknya tidak dilakukan karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.
2. Selama persalinan.
Membatasi masuknya kuman-kuman ke dalam jalur jalan lahir.Membatasi perlukaan. Membatasi perdarahan.Membatasi lamanya persalinan.
3. Selama nifas.
Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik. Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus suci hama. Penderita dengan tanda infeksi nifas jangan digabung dengan wanita dalam nifas yang sehat.

PENANGANAN INFEKSI NIFAS
1. Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari.
2. Berikan terapi antibiotik.
3. Perhatikan diet.
4. Lakukan transfusi darah bila perlu.
5. Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga perineum.


PENGOBATAN INFEKSI NIFAS
Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan serviks, luka operasi dan darah, serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat. Berikan dosis yang cukup dan adekuat. Sambil menunggu hasil laboratorium berikan antibiotika spektrum luas. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, transfusi darah, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh, serta perawatan lainnya sesuai komplikasi yang dijumpai.

PROGNOSIS
Prognosis baik bila diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Menurut derajatnya, septikemia merupakan infeksi paling berat dengan mortalitas tinggi, diikuti peritonitis umum dan piemia.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan
infeksi nasokomial.
 Tujuan 1 :mencegah dan mengurangi infeksi.
 Intervensi :
o Kaji data pasien dalam ruang bersalin.Infeksi perineum (menggunakan senter yang baik), catat warna, sifat episiotomi dan warnanya. Perkiraan pinggir epis dan kemungkinan “perdarahan” / nyeri.
o Kaji tinggi fundus dan sifat.
o Kaji lochia: jenis, jumlah, warna dan sifatnya. Hubungkan dengan data post partum.
o Kaji payudara: eritema, nyeri, sumbatan dan cairan yang keluar (dari puting). Hubungkan dengan data perubahan post partum masing-masing dan catat apakah klien menyusui dengan ASI.
o Monitor vital sign, terutama suhu setiap 4 jam dan selama kondisi klien kritis. Catat kecenderungan demam jika lebih dari 38o C pada 2 hari pertama dalam 10 hari post partum. Khusus dalam 24 jam sekurang-kurangnya 4 kali sehari.
o Catat jumlah leukosit dan gabungkan dengan data klinik secara lengkap.
o Lakukan perawatan perineum dan jaga kebersihan, haruskan mencuci tangan pada pasien dan perawat. Bersihkan perineum dan ganti alas tempat tidur secara teratur.
o Pertahankan intake dan output serta anjurkan peningkatan pemasukan cairan.
o Bantu pasien memilih makanan. Anjurkan yang banyak protein, vitamin C dan zat besi.
o Kaji bunyi nafas, frekwensi nafas dan usaha nafas. Bantu pasien batuk efektif dan nafas dalam setiap 4 jam untuk melancarkan jalan nafas.
o Kaji ekstremitas: warna, ukuran, suhu, nyeri, denyut nadi dan parasthesi/ kelumpuhan. Bantu dengan ambulasi dini. Anjurkan mengubah posisi tidur secara sering dan teratur.
o Anjurkan istirahat dan tidur secara sempurna.
 Tujuan 2 : identifikasi tanda dini infeksi dan mengatasi penyebabnya.

 Intervensi:
o Catat perubahan suhu. Monitor untuk infeksi.
o Atur obat-obatan berikut yang mengindikasikan setelah perkembangan dan test sensitivitas antibiotik seperti penicillin, gentamisin, tetracycline, cefoxitin, chloramfenicol atau metronidazol. Oxitoksin seperti ergonovine atau methyler gonovine.
o Hentikan pemberian ASI jika terjadi mastitis supuratif.
o Pertahankan input dan output yang tepat. Atur pemberian cairan dan elektrolit secara intravena, jangan berikan makanan dan minuman pada pasien yang muntah
o Pemberian analgetika dan antibiotika

2. Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi
 Tujuan : Nyeri berkurang/terkontrol.
 Intervensi :
o Selidiki keluhan pasien akan nyeri;perhatikan intensitas (0-10), lokasi,dan faktor pencetus
o Awasi tanda vital,perhatikan petunjuk non-verbal,misal:tegangan otot,gelisah.
o Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan penuh stress.
o Berikan tindakan kenyamanan (misal:pijatan/masase punggung).
o Dorong menggunakan tekhnik manajemen nyeri ,contoh : latihan relaksasi/napas dalam,bimbingan imajinasi,visualisasi)
o Kolaborasi:
 Pemberian obat analgetika. (hindari produk mengandung aspirin karena mempunyai potensi perdarahan)
 Pemberian Antibiotik.
3. Cemas/ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian
 Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang.
 Intervensi :
o Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan
Rasional : Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya.
o Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )
Rasional : Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis.
o Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung
Rasional : Memberikan dukungan emosi.
o Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan
Rasional : Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahui
o Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya
Rasional : Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas
o Kaji mekanisme koping yang digunakan klien
Rasional : Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping yang tepat.

SUMBER :
www.one.indoskripsi.com/..../5136/0
www.hidayat2.wordpress.com/2009/05/12/askep-infeksi-nifas
www.khaidirmuhaj.blogspot.com/.../askep-nipas-dengan-perdarahan-nipas
www.ners.unair.ac.id/materi.kuliah/asuhan-keperawatan
Wiknjosastro. Hanifa. Prof. Dr, Ilmu Kebidanan, Edisi III, Yayasan Bina Pustaka, Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1992.

ASAM AMINO

*Merupakan monomer protein
*Hasil hidrolisis protein oleh asam/ basa / enzim
*Mengandung gugus amino (-NH2) dan Karboksil (-COOH)
*Mengandung minimal 1 ( asimetris)
→ Optis aktif pada pH = 7
→ Konfigurasi absolut L-Gliseraldehid:
Asam L- -Amino vs Asam amino seri D dalam antibiotik & dinding sel bakteri

Ada 4 golongan asam amino berdasarkan gugus samping R
1. Alifatik
→ Makin panjang makin Nonpolar/ Hidrofobik)
Contoh : Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin,Prolin, Fenilalanin, Tripthopan, Metionin
Polar tidak bermuatan (Hidrofilik=suka air)
→ Ada gugus fungsi yang membentuk ikatan hidrogen dengan air.





Peran Asam Amino
1. Metabolisme antara (prekursor)/prazat = bahan baku
2. Transmisi impuls saraf



PEPTIDA
Adalah kumpulan dua/lebih residu asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida.

Prinsip pembentukan ikatan peptida :
Pengeluaran 1 mol air dari atom H gugus amino ( amino) pada asam amino yang satu (asam amino I) dan gugus OH dari karboksil (peptida) pada asam amino yang lain (asam amino II)

MACAM PEPTIDA
1. Peptida Sederhana
(2-10 residu AsamAmino)
2. Polipeptida (> 10 residu Asam Amino)
RESIDU ASAM AMINO(bukan asam amino).
- Unit asam amino dalam peptida
- Asam amino kehilangan H dari gugus amino/ kehilangan OH dari gugus karboksil/ kehilangan kedua-duanya bl asam amino terletak di tengah2.
Residu terminal Asam Amino
- Di ujung rantai peptida
- Salah satu ujung residu asam amino memiliki gugus amino(Residu terminal N)
- Ujung lain residu asam amino memiliki gugus karboksil(Residu terminal C)

Cara memberi nama pentapeptida
-Peptida diberi nama sesuai komponen residu asam aminonya.
-Ditulis rangkai tanpa spasi atau beri tanda hubung.
-Setiap residu asam amino pembangun peptida diberi akhiran –il mengganti akhiran in, kecuali residu terminal C tetap diberi nama sesuia nama asam aminonya
-Penulisan berurutan dari terminal N keterminal C

PROTEIN (Pertama / Utama)
Protos= pertama
*Penyusun tubuh organisme : > 50% berat kering tidak sampai 100 % berat kering
*Monomer : Asam Amino (20 macam)
→ Ikatan peptida
→ Rantai amat panjang
*Merupakan ekspresi genetik
*Mempunyai banyak jenis (golongan) dan banyak fungsi
→ Jenis dan fungsi berbeda karena :
- Perbedaan deret asam amino
- (“Abjadnya protein”)
→ 1000 s.d > 1011 residu asam amino
→ jumlah deret berdasarkan jumlah peptida :
- jumlah peptida = n! n faktorial)



STRUKTUR DASAR PROTEIN
1. Struktur Primer
- Paling sederhana
- Dibentuk oleh ikatan peptida / + ikatan disulfida
- Berupa rantai polipeptida lurus
- Ditentukan oleh :
→ Urutan
→ Macam Asam Amino
→ Jumlah
2. Struktur Sekunder
Bl sebuah asam amino primer melipa diri menjadi 1 struktur sekunder alfa, jk 2 buah/lebih struktur primer berikatan mmbentuk struktur sekuder beta.
Struktur primer yang mengalami ikatan hidrogen (antar atom O dari gugus karbonil / C = O dengan atom H dari gugus amino / NH)
→ terpilih  Helik (jika dalam 1 rantai polipeptida)
→ terpilih  helik (jika antar 2 / lebih rantai polipeptida)
3. Struktur Tersier
→ Struktur sekunder melipat lagi sehingga terbentuk struktur 3 dimensi (protein globuler) berbentuk bola krn msh ada gugus samping yg muatanya berbeda.
→ Karena interaksi ionik dan hidrofobik
→ Ikatan yang terjadi :
- Jembatan garam
- Ikatan hidrogen
- Ikatan disulfida
- Interaksi van der walls
- Interaksi polar
4. Struktur kuartener
→ Gabungan 2 unit / lebih struktur tersier
→ Molekul sangat besar
Contoh :- Hemoglobin
- Mioglobin
- Kulit virus

Gambar dibawah : Konfirmasi Beta pada rantai polipeptida beta-keratin.
(a) Pandangan dari atas terhadap tiga rantai yang disusun dalam lembaran berlipat, memperlihatkan ikatan hidrogen yang menghubungkan antar rantai. Gugus R ditunjukkan oleh warna hitam.
(b) Pandangan samping memperlihatkan gugus R yang mencuat ke luar dari lembaran berlipat.




Gambar : Struktur tertier mioglobin sejenis ikan paus berdasarkan analisis sinar-x. Gambaran ini memperlihatkan struktur kerangka yang disimpulkan dari data dengan resolusi 0,2 mm. Hanya atom-atom kerangka yang diperlihatkan di dalam struktur sosis rantai polipeptida. Jarak di antara simpul rantai tidak kosong, tetapi diisi dengan gugus R, yang tidak diperlihatkan oleh gambar ini. Molekul miolobin mempunyai delapan potong  heliks. Gugus heme diperlihatkan dalam warna hitam.


Gambar : Struktur tiga dimensi oksihemoglobin dan deoksihemoglobin diperlihatkan oleh analisis difraksi sinar-x. Struktur kuartener, yaitu, bagaimana keempat sub unit disusun bersama-sama. Sub unit terdapat dalam bentuk pasangan : alfa1beta1 dan alfa2beta2. Terdapat sedikit kontak di antara alfa1 dan alfa2 atau antara beta1 dan beta2, tetapi terdapat banyak gaya yang mempertahankan pasangan alfa1beta1 dan alfa2beta2 bersama-sama. Walaupun bentuknya tidak beraturan, molekul ini mempunyai dua sifat simetri, karena rotasi 180o molekul mengitari sumbu pusat yang tegak lurus terhadap halaman ini, akan menyebabkan menutupnya alfa1 terhadap alfa2 dan beta2 terhadap beta1. Jumlah residu ditunjukkan pada tiap rantai. Rongga di pusat molekul memegang peranan penting. Perhatikan bahwa gugus-gugus heme relatif terpisah jauh. Perbedaan antara oksihemoglobin dan deoksihemoglobin tidak banyak, tetapi protein-protein ini penting dalam fungsi hemoglobin.


Gambar : Beberapa macam ikatan yang memantapkan struktur tersier protein.
(a) Jembatan garam
(b) Ikatan hidrogen
(c) Ikatan disulfida
(d) Interaksi Van der Waals
(e) Interaksi polar


Gambar : Urutan struktur dasar protein hemoglobin







disarikan dari bahan kuliah biokimia oleh KASPUL
dowloand:
link 1
link 2