27 Oktober 2009

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DGN HEMORROID


I. Anatomi dan Fisiologi Anorektum
Rectum adalah bagian terminal dari intestinum crasum yang merupakan kelanjutan dari colon sigmoideum. Rectum terletak di linea mediana sebelah anterior dari sacrum. Rectum dibagi menjadi 2 bagian, yaitu rectum propium dan canalis analis. Canalis analis berasal dari proktoderm yang merupakan invaginasi ektoderm, sedangkan rectum berasal dari entoderm. Karena perbedaan asal inilah maka vaskularisasi, innervasi, dan pengaliran limfe berbeda juga, demikian pula epitel yang menutupinya. Canalis analis dan sekitarnya kaya akan persarafan sensoris somatik dan peka terhadap rangsang nyeri. Sedangkan mukosa rectum mempunyai persarafan otonom dan tidak peka terhadap nyeri (Budianto, 2004; Syamsuhidajat, 1997).
Di anus terdapat otot-otot sphincter yang mengatur kontraksinya antara lain : m. levator ani, m. sphincter ani internus, dan m. sphincter ani externus. Rectum mendapat vascularisasi dari a. rectalis superior cabang a. mesenterica inferior, a. rectalis media cabang a. hipogastrica, dan a. rectalis inferior cabang a. pudenda interna. Sedangkan aliran darah balik rectum terdiri dari 2 vena, yaitu v hemoroidalis supeiro dan v hemoroidalis inferior. V hemoroidalis superior berasal dari plexus hemoroidalis internus dan berjalan ke arah cranial ke dalam v mesenterica inferior dan seterusnya melalui v lienalis ke v porta. Vena ini tidak berkatup sehingga tekanan rongga abdomen menentukan tekanan di dalamnya. V hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke dalam v pudenda interna dan ke dalam v iliaca interna dan sistem cava. Pembesaran v hemoroidalis dapat menimbulkan keluhan hemoroid (Faradillah, Firman, dan Anita, 2009; Syamsuhidajat, 1997).
II. PENGERTIAN
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50 an , 50 % individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena.
Hemoroid adalah pelebaran vena (varises) di dalam plexus hemoroidalis yang bukan merupakan keadaan patologik. Hanya bila menyebabkan keluhan atau penyulit diperlukan tindakan (Syamsuhidajat, 1997).

III. ETIOLOGI
Yang mempengaruhi terjadinya pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :
1. Bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organik seperti :
a. Hepar sirosis hepatis. Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga terjadi hepartensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan pleksus hemoroidalis .
b. Bendungan vena porta, misalnya karena trombosis
c. Tumor intra abdomen, terutama didaerah velvis, yang menekan vena sehingga aliranya terganggu. Misalnya tumor ovarium, tumor rektal dan lain lain.
2. Idiopatik, tidak jelas adanya kelainan organik hanya ada faktor - faktor yg mungkin menjadi penyebab timbulnya hemoroid seperti :
a. Keturunan atau heriditer. Dalam hal ini yang menurun adalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan bukan hemoroidnya.
b. Anatomi, vena di daerah masentrium tidak mempunyai katup. Sehingga darah mudah kembali menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.
c. Peningkatan tekanan intra abdomen,pada :
 Orang yang pekerjaanya banyak berdiri atau duduk dimana gaya grapitasi akan mempengaruhi timbulnya hemoroid.
 Kehamilan
 Gangguan devekasi dan miksi (BPH)
 Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat
 Tonus spingter ani yang kaku atau lemah

IV. PATOFISIOLOGI :
Hemorrhoid interna :
Sumbatan aliran darah system porta menyebabkan timbulnya hipertensi portal dan terbentuk kolateral pada vena hemorroidalis superior dan medius.
Hemorrhoid eksterna:
Robeknya vena hemorroidalis inferior membentuk hematoma di kulit yang berwarna kebiruan, kenyal-keras,dan nyeri.


1. HEMOROID INTERNA
Hemoroid yang terjadi diatas sfinter anal. Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan rasa sakit sampai hemoroid ini membesar dan menimbulkan perdarahan atau prolaps. Hemoroid ini terbagi atas empat derajat :
 Derajat I, timbul pendarahan varises, prolapsi / tonjolan mukosa tidak melalui anus dan hanya dapat di temukan dengan proktoskopi.
 Derajat II, terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat devakasi, tapi setelah devakasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.
 Derajat III, Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi harus di dorong.
 Derajat IV, terjadi prolaps hemoroid, dimana hemoroid yg keluar tidak dapat dimasukan kembali.
2. HEMOROID EKSTERNA.
Hemoroid eksternal terjadi diluar sfinter anal dan sering dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh thrombosis. Trombosis adalah pembekuan darah didalam hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia dan nekrosis. Hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :
 Akut, Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
 Sering rasa sakit dan nyeri
 Rasa gatal pada daerah hemorid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung – ujung saraf pada kulit merupakan reseptor rasa sakit .
 Kronik, Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
V. KOMPLIKASI
Terjadinya perdarahan , Pada derajat satu darah kelur menetes dan memancar.
Terjadi thrombosis, Karena hemoroid keluar sehinga lama - lama darah akan membeku dan terjadi trombosis.
Peradangan, Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang karena disana banyak kotoran yang dan kuman.


VI. PENATALAKSANAAN
Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat didihilangkan dengan hygiene personal yang baik dan menghindari mengejan berlebihan selama defekasi. Diet tinggi serta yg mengandung buah dan sekam, pemberian laksatif yg berfungsi mengabsorbsi air saat melewati usus dapat membantu. Rendam duduk dengan salep dan supposituria yg mengandung anastesi, astringen (witch hazel) dan tirah baring adalah tindakan yg mengurangi pembesaran.
Tindakan nonoperatif hemoroid seperti fotokoagulasi inframerah, diatermi bipolar dan terafi laser adalah tehnik terbaru yg digunakan untuk melekatkan mukosa ke otot yg mendasarinya. Injeksi larutan sklerosan juga efektif untuk hemoroid yg berukuran kecil dan berdarah. Prosedur ini membantu mencegah prolaps.
Tindakan bedah konservatif pada hemoroid internal adalah ligasi pita karet, yakni melakukan pengikatan hemoroid dgn pita karet sehingga bagian distal jaringan dari pita karet nekrotik dan terlepas. Pada beberapa pasien tindakan ini menyebabkan nyeri dan infeksi ferianal.
Hemoroidektomi krisiorurgi, mengangkat hemoroid dengan cara membekukanya selama waktu tertentu sampai terjadi nekrotik. Prosedur ini relative kurang menimbulkan nyeri tetapi mengeluarkan rabas yang berbau sangat menyengat dan luka yg ditimbulkan lama sembuhnya.
Laser Nd:YAG dapat digunakan untuk mengeksisi hemoroid eksternal. Tindakan in cepat dan kurang menimbulkan nyeri. Hemoragi dan abses jarang menjadi komplikasi pasca bedah.
Untuk hemoroid yg venanya mengalami thrombosis luas dilakukan hemoroidektomi (eksisi bedah).



VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
 Eritrosit
 Lekosit
 Led
 Hb
Diagnostik :
 Proktoskopy
 Anuscopy


 Sigmoideskopy


VIII. PENGKAJIAN
Aktivitas/istirahat
 Riwayat pekerjaan mengangkat beban berat, berdiri lama
 Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian tubuh.
 Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya
Eliminasi
 Konstipasi yg lama
 Retensio urine
Integritas Ego
 ketakutan akan timbulnya masalah finansial keluarga, hubungan dan gaya hidup.
 Tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga
 Susah tidur, peningkatan ketegangan/peka rangsang
Keamanan
 Alergi terhadap obat dan makanan, plester, larutan disinfektan.
 Difisiensi imun, menigkatkan resiko infeksi sistemik dan penundaan penyembuhan.
 Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi.
 Riwayat tranfusi darah/reaksi terhadap tranfusi darah.
Kenyamanan
 nyeri yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong, bahu/lengan, kaku pada leher.(Doenges, 1999 : 320-321).
Post Operasi.
Adapun data-data yang harus dikaji pasca operasi hernioraphy adalah sebagai berikut :
System pernafasan.
 Potensi jalan nafas,
 Perubahan pernafasan (rata-rata, pola dan kedalaman), RR < 10 x/menit,
 Auskultasi paru : keadekuatan ekspansi paru, kesimetrisan.
 Inspeksi : pergerakan dinding dada, penggunaan otot bantu pernafasan diafragma, retraksi sternal, thorax drain.
System cardiovascular.
 Sirkulasi darah, nadi dan suara jantung dikaji tiap 15 menit (4x), 30 menit (4x), 2 jam (4x) dan setiap 4 jam selama 2 hari jika kondisi stabil.
 Kaji sirkulasi perifer (kualitas denyut, warna, temperature, dan ukuran ekstremitas).
Keseimbangan cairan dan elektrolit :
 Inspeksi membrane mukosa (warna dan kelembaban, turgor kulit, balutan), kaji intake/output,
 Monitor cairan intravena dan tekanan darah.
System persarafan.
 Kaji fungsi serebral dan tingkat kesadaran, kekuatan otot, koordinasi.
System perkemihan.
 Control volunter fungsi perkemihan kembali setelah 6 - 8 jam pasca anesthesia,
 Retensio urine,
 Dower catheter (kaji warna, jumlah urine, output urine < 30 ml/jam)
System gastrointestinal.
 Mual muntah,
System integument.
 Kaji factor infeksi luka,
 Diostensi dari odema/palitik illeus,
 Tekanan pada daerah luka, dehiscence, eviscerasi.
Cerobong angin dan balutan.
 Semua balutan dan drain dikaji setiap 15 menit pada saat diruang post anesthesia recovery meliputi jumlah, warna, konsistensi, dan bau cairan yg keluar dan tanggal observasi.
Pengkajian nyeri.
 Nyeri post operatif berhubungan dengan luka bedah, drain/cerobong angin dan posisi intra operatif.
 Kaji tanda fisik dan emosi (peningkatan nadi dan tekanan darah, hypertensi, diaphoresis, gelisah, menangis), kaji kualitas nyeri sebelum dan setelah pemberian analgetik.
IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN
PRE OPERATIF
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya benjolan didaerah anus, terasa nyeri dan gatal
 Terpenuhinya rasa nyaman
 Kriteria hasil :
o nyeri berkurang
o rasa gatal berkurang
o massa mengecil.
 Intervensi :
o Perbaiki personal hygiene.
o Memberikan posisi recumben
o Berikan rendam duduk dengan salep/ larutan permangan 1 / 1000 % pada pagi dan sore hari
o Kompres dingin pada saat nyeri
o Anjurkan tirah baring

 Rasionalisasi ;
o Memberikan kenyamanan dan kesegaran pasien
o Untuk mengurangi penekanan, edema dan prolaps.
o Menurunkan ketidak nyamanan lokal, menurunkan edema dan meningkatkan penyembuhan.
o Mengurangi nyeri dan rasa panas pada hemoroid
o Untuk mengurangi pembesaran hemoroid menggunakan grvitasi.
2. Potensial konstipasi sehubungan dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeri selama eliminasi dan takut terjadi perdarahan
 Tujuan : tidak terjadi konstipasi
 Criteria hasil :
o Pasien menyatakan tidak takut melakukan defekasi
o Pola BAB normal
 Intervensi :
o Berikan diet tinggi serat yg mengandung buah dan sekam
o Tingkatkan pemasukan cairan
o Berikan pelicin pada defekasi yg terlalu keras
o Berikan supposituria yg mengandung anastesi
 Rasionalisasi :
o Agar faeces tidak terlalu padat dan pola BAB tetap normal
o Agar feces dapat lebih lunak
o Pelicin dapat membantu memudahkan pengeluaran faeces
o Untuk mengurangi nyeri saat defekasi

DIAGNOSE POST OPERASI
3. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) pada luka operasi berhubungan dengan adanya jahitan pada luka operasi dan terpasangnya cerobong angin.
 Tujuan :Terpenuhinya rasa nyaman
 Kriteria hasil :
o Tidak terdapat rasa nyeri/nyeri berkurang
o Pasien dapat melakukan aktivitas
 Intervensi :
o Beri posisi tidur yang menyenangkan pasien.
o Ganti balutan setiap pagi sesuai tehnik aseptic
o Latihan jalan sedini mungkin
o Observasi daerah rektal apakah ada perdarahan
o Berikan penjelasan tentang tujuan pemasangan cerobong anus (guna cerobong anus untuk mengalirkan sisa-sisa perdarahan yang terjadi didalam agar bisa keluar).
o Cerobong anus dilepaskan sesuai advice dokter (pesanan)
 Rasionalisasi :
o Dapat menurunkan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa kontrol.
o Melindungi pasien dari kontaminasi silang selama penggantian balutan. Balutan basah bertindak sebagai penyerap kontaminasi eksternal dan menimbulkan rasa tidak nyaman.
o Dapat menurunkan masalah yang terjadi karena imobilisasi
o Perdarahan pada jaringan, imflamasi lokal atau terjadinya infeksi dapat meningkatkan rasa nyeri.
o Pengetahuan tentang manfaat cerobong anus dapat membuat pasien paham guna cerobong anus untuk kesembuhan lukanya.
o Meningkatkan fungsi fisiologis anus dan memberikan rasa nyaman pada daerah anus pasien karena tidak ada sumbatan
4. Potensial terjadinya infeksi pada luka berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
 Tujuan : Tidak terjadi infeksi
 Criteria hasil :
o Tidak terdapat tanda-tanda radang.
o Luka mongering
 Intervensi :
o Observasi tanda vital tiap 4 jam.
o Obserpasi balutan setiap 2 – 4 jam, periksa terhadap perdarahan dan bau.
o Ganti balutan dengan teknik aseptik
o Bersihkan area perianal setelah setiap depfikasi


 Rasionalisasi :
o Respon autonomik meliputi TD, respirasi, nadi yang berhubungan dengan keluhan / hilangnya nyeri . Abnormalitas tanda vital perlu di observasi secara lanjut.
o Deteksi dini terjadinya proses infeksi dan / pengawasan penyembuhan luka oprasi yang ada sebelumnya.
o Mencegah meluas dan membatasi penyebaran luas infeksi atau kontaminasi silang
o Untuk mengurangi / mencegah kontaminasi daerah luka.
5. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan dirumah.
 Tujuan : Pasien dapat mengerti tentang perawatan dirumah.
 Criteria hasil :
o Pasien dapat menyatakan/menjelaskan tata cara perawatan di rumah
 Intervensi ;
o Diskusikan pentingnya penatalaksanaan diet rendah sisa.
o Demontrasikan perawatan area anal dan minta pasien mengulanginya
o Anjurkan zithbath
o Bersihkan area anus dengan baik dan keringkan seluruhnya setelah defekasi.
o Diskusikan gejala infeksi luka agar dapat segera mendapatkan perawatan.
o Diskusikan mempertahankan difekasi lunak dengan menggunakan pelunak feces dan makanan laksatif alami.
o Jelaskan pentingnya menghindari mengangkat benda berat dan mengejan.

 Rasionalisasi :
o Pengetahuan tentang diet berguna untuk melibatkan pasien dalam merencanakan diet dirumah yang sesuai dengan yang dianjurkan oleh ahli gizi.
o Pemahaman akan meningkatkan kerja sama pasien dalam program terapi, meningkatkan penyembuhan dan proses perbaikan terhadap penyakitnya.
o Meningkatkan kebersihan dan kenyaman pada daerah anus (luka atau polaps).
o Melindungi area anus terhadap kontaminasi kuman-kuman yang berasal dari sisa defekasi agar tidak terjadi infeksi.
o Pengenalan dini dari gejala infeksi dan intervensi segera dapat mencegah progresi situasi serius.
o Mencegah mengejan saat difekasi dan melunakkan feces.
o Menurunkan tekanan intra abdominal yang tidak perlu dan tegangan otot.


Untuk download ; abah zahra

Tidak ada komentar: